Kaitan antara materi modul 1.1. pemikiran filosofis pendidikan Ki Hajar Dewantara, 1.2. nilai dan peran guru penggerak, 1.3. visi guru penggerak, dan 1.4 budaya positif adalah:
Bahwa budaya positif perlu diciptakan di lingkungan sekolah demi mewujudkan visi yang berpihak pada murid. Salah satu budaya positif adalah budaya disiplin positif.
Disiplin artinya belajar atau motivasi internal untuk melakukan suatu keyakinan, bukan tata tertib, peraturan atau ketaatan. Peraturan bersifat pemaksaan, dorongannya dari luar dan juga tidak nyaman, beda dengan keyakinan, keyakinan mengindikasikan adanya dorongan dari dalam dan bersifat tetap.
Ada 3 motivasi seseorang melakukan sesuatu yaitu menghindari hukuman, berharap imbalan, dan motivasi dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang diyakininya. Sehingga seseorang tidak bisa dikontrol oleh orang lain. Guru mengontrol murid adalah ilusi.
Oleh karenanya kita harus mengubah paradigma dari Peraturan menjadi Keyakinan, dari sistem Stimulus-Respon menjadi Fungsi Kontrol Pemantau-Manajer dan dari metode Hukuman-Penghargaan menjadi budaya Restitusi.
Hukuman dan penghargaan bersifat jangka pendek, mengakibatkan ketergantungan dan ambisi tanpa tahu nilai keyakinan. Bahkan hukuman diberikan terkadang secara tiba-tiba, tidak logis dan tidak bersifat konsekwen.
Penghargaan dapat memunculkan rasa kecewa, ketergantungan, bersifat benda bukan nilai, menurunkan daya kreatifitas dan kualitas, serta bisa berbalik menjadi sebuah hukuman jika tidak mendapatkan. Sehingga fungsi Stimulus-Respon harus diubah menjadi fungsi Kontrol.
Dalam usaha menegakkan budaya positif, ada 5 posisi kontrol yaitu penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pemantau dan manajer. Penghukum selalu menggunakan hukuman fisik maupun verbal, pembuat rasa bersalah selalu menekan siswa dengan kata-kata menyalahkan dan menusuk, posisi teman membuat siswa merasa sejajar dengan guru sehingga berkurang rasa hormat dan patuh, pemantau mengawasi siswa dengan menggunakan konsekwensi dan sanksi, dan manajer akan membantu murid menemukan kesalahan dan mempertanggungjawabkannya atas kesadaran diri sendiri.
Tingkah laku seeorang terdorong oleh 5 kebutuhan dasarnya yaitu fun, freedom, love, power dan survive. Kesenangan, kebebasan, cinta kasih sayang, kekuatan serta kebutuhan fisik/hidupnya. Jika kurang terpenuhi maka mereka akan mencarinya dengan melakukan segala macam cara. Begitu juga murid. Jadi dalam menangani murid yang bermasalah, guru harus menggali mana kebutuhan yang belum terpenuhi ini.
Peraturan dan tata tertib sekolah seyogyanya diubah menjadi sebuah keyakinan sekolah. Karena peraturan bersifat memaksa dan tidak menyenangkan sedangkan keyakinan bersifat tetap dan tumbuh dari dalam.
Restitusi merupakan 3 langkah dalam menanamkan motivasi internal siswa terhadap sebuah nilai kebajikan. Merupakan sebuah cara tepat dalam membangun disiplin positif. Tiga langkah ini biasa disebut dengan segitiga restitusi, yaitu:
1. Menstabilkan identitas
2. Validasi tindakan salah
3. Menanyakan keyakinan
Ada beberapa hal menarik di luar dugaan saya yaitu bahwa disiplin itu berarti belajar atau motivasi dari dalam diri, bukan sekadar tata tertib atau peraturan. Teori 3 motivasi juga menjadi landasan saya sebagai guru dalam memahami murid berperilaku, lalu mencoba menggali apa kebutuhan dasar murid yang belum terpenuhi. Selain itu, keyakinan kelas perlu dibuat sebagai pengganti peraturan atau kesepakatan. Karena peraturan sifatnya dari luar sedang keyakinan dari dalam. Penghargaan dan hukuman juga yang tadinya saya kira ampuh untuk menegakkan disiplin ternyata banyak efek negatifnya dan harus diganti dengan cara restitusi sebagai jalan terbaik.
Banyak perubahan yang terjadi pada cara berpikir saya dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah. Saya yakin bahwa peraturan sekolah perlu diubah menjadi keyakinan sekolah. Saya yakin bahwa saya tidak bisa memaksa siswa saya kalau bukan mereka sendiri yang berkehendak berubah. Saya yakin bahwa sistem Stimulus-Respon perlu diubah menjadi sistem kontrol Pemantau-Manajer. Saya yakin bahwa hukuman hanya berdampak jangka pendek dan belum tentu tidak menyakiti siswa. Saya yakin bahwa hadiah hanya akan menurunkan kualitas, kreatifitas, dan banyak memiliki dampak negatif. Saya yakin untuk mengurangi hukuman dan hadiah dan diganti dengan restitusi dalam menegakkan budaya disiplin positif
Dulu saya sering menerapkan hukuman dan hadiah bagi siswa dalam menegakkan peraturan sekolah tapi itu dampaknya sebentar dan menimbulkan sakit atau ketagihan, selain itu sering memaksakan kehendak sehingga murid melakukan sesuatu secara terpaksa dan tampak tidak bahagia. Dalam proses memahami modul ini saya jadi bisa mencari jalan keluar bersama-sama dengan murid sehingga efek disiplinnya bertahan lama serta siswa saya lebih banyak tersenyum. Secara bertahap saya melakukan perubahan pada kelas saya dan mengimbaskan pada rekan satu sekolah.
Perasaan saya ketika mengalami hal-hal tersebut adalah merasa bahagia seperti menemukan mutiara di dalam kolam. Menemukan apa yang selama ini dicari. Menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapi selama bertahun-tahun. Selain itu juga merasa aneh dan tercerahkan karena apa yang selama ini saya yakini dalam hal pembelajaran siswa ternyata masih banyak yang salah. Ilmu yang dirasa sudah cukup dalam pendidikan ternyata masih jauh sekali dan masih perlu banyak belajar
Menurut saya dalam penerapan konsep-konsep tersebut di kelas dan sekolah, hal yang sudah baik adalah dukungan kepala sekolah serta kolaborasi dengan teman pengajar sangat bagus sehingga mengikuti perubahan positif yang saya lakukan. Siswa dan orangtua pun mengambil peranan penting dalam perubahan ini. Yang perlu diperbaiki adalah keterampilan guru dalam menerapkan fungsi kontrol pemantau-manajer, melakukan restitusi dan membuat keyakinan sesekolah
Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, saya sering memakai posisi Penghukum dan Teman. Rasanya dulu sering kesal dan bingung karena perbuatan salah siswa selalu diulangi dan sepertinya mereka tidak pernah mau sadar atau mau berubah. Sekarang saya meningkatkan posisi sebagai Pemantau dan Manajer. Rasanya lucu, aneh, senang, bahagia, tercerahkan, dan lebih menyatu-hati dengan murid, karena mereka mau mengakui kesalahan dengan tersenyum tanpa beban serta termotivasi secara intrinsik untuk memperbaiki kesalahan mereka
Sebelum mempelajari modul ini, saya sudah pernah mendengar istilah restitusi beberapa tahun sebelum ini bahkan juga pernah melihat contoh simulasinya tetapi masih bingung cara menerapkannya langsung di kelas. Jadi saya belum pernah
Namun, ada beberapa hal yang saya anggap perlu untuk ditambahkan selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, yaitu menurut saya perlu adanya materi tentang NILAI POSITIF DIRI atau LOVE YOURSELF untuk siswa agar mereka juga memahami bahwa budaya positif dibangun dari, oleh dan untuk siswa itu sendiri. Dengan materi tersebut siswa diarahkan mengenali potensi diri, mencintai dirinya, mengenali minat, mengasah bakat, meningkatkan kemampuan serta mampu mengantisipasi bullying atau budaya negatif lainnya.
Demikianlah disiplin positif tersebut dilaksanakan dalam rangka mewujudkan visi guru atau sekolah yang berpihak pada murid, yang menggerakkan hati dan kolaborasi dalam menumbuhkembangkan nilai-nilai kebajikan yang luhur (nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila) pada murid-murid melalui prakarsa perubahan yang positif dan apresiatif. Karena dengan visi itu, semua kegiatan yang dikerjakan jadi memiliki gambaran tujuan yang jelas.
Dalam pelaksanaan itu semua, guru penggerak harus menunjukkan nilai dirinya sebagai orang yang berpihak pada siswa, mandiri, reflektif, kolaboratif dan inovatif dengan cara melakukan disiplin positif pada siswa di kelasnya terlebih dahulu, bekerjasama dengan siswa, memahami kebutuhan dasar siswa dan melaksanakan restitusi untuk memecahkan masalah indisipliner.
Selain itu juga guru penggerak harus memaksimalkan perannya sebagai pemimpin pembelajaran, coach guru lain, mewujudkan kepemimpinan murid, menggerakkan kolaborasi, dan menggerakkan komunitas. Maka guru penggerak harus mampu berkolaborasi, menjalin kerjasama positif dengan seluruh pihak sekolah untuk mengimbaskan budaya disiplin positif kepada rekan sejawat, membawa perubahan untuk seluruh sekolah.
Semua itu tak lain dan tak bukan adalah untuk mewujudkan tujuan pendidikan sesuai dengan amanat Ki Hajar Dewantara yang mengatakan bahwa pendidikan harus berpusat pada siswa dan dilaksanakan sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya agar mencapai tujuan untuk keselamatan dan kebahagiaan siswa setinggi-tingginya, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.
Maka setelah ini, saya akan melakukan aksi nyata yaitu pengimbasan tentang disiplin positif kepada rekan sekolah dengan rancangan aksi sebagai berikut.
Salam guru penggerak
Salam bahagia
Nur Jannah, S.Pd
CGP 5 DKI Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar