Jumat, 16 Desember 2016

Benah Benih



Benah Benih

I
Aku tahu jiwamu luka
amarah pecah
kecewa tumpah
asa tak berdaya


Hati mengering gemeretak
berteriak-teriak ingin berontak
pada air langit tadi pagi yang datangnya sesaat
lalu hilang sekejap


Engkau lupa selokan
alpa bendungan menampung hujan
menguap begitu rentan
di senja kau termenung sendirian


Mengapa kau berkelok sebelum tikungan?
lalai suluran Tangan-tangan Tuhan
kini tumbuh benih tak diharapkan
di rahimmu menetap bimbang


Hujan tak lagi mau jamah
mentari tak lagi mau ramah
kini kau fikir pemakaman dini
leher benih hendak dipatah semuda masih


II
O, benih teriak
Ibu, jangan tikam!
ijinkan aku mengembang
jangan bungkus dengan ususku sendiri
dipepat dalam kardus bertali-tali


Usah lagi kau harap hujan
yang bermusim-musim tak mau datang
sedang mentari menerik biarkan
kan kucuri sinarnya perlahan-lahan
 

Lihat! Tangan lemahku mengoksida harapan
Kelak jelma reranting baru
penuhi hatimu yang gersang dengan senyumku
merimbun ia dengan candaku
menyejuk ia dengan gelak tawaku


Ibu,
menghumuslah,
mengharalah
kutahu di kedalaman hati sana
masih ada sejumput sumber air kasih tersisa


biarkan aku terus tumbuh
Ibu, jangan bunuh aku


Cilincing, Hari Pahlawan 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar