Jumat, 16 Desember 2016
Misteri Kue Ulang Tahun
Hari/tanggal : Sabtu / 6 Desember 2014
Judul : Misteri Kue Ulang Tahun Suci
Penulis : Nur Jannah Al-Islamiyah
Siang itu, sehabis mengambil kue pesanan, Mama mampir di toko Boneka, membeli bantal boneka bergambar tokoh kartun terkenal yang sangat disukai Suci.
“Buat aku ya Ma?” tanya Shofa yang umurnya baru lima tahun.
“Bukan, sayang. Ini buat Kakak.”
“Aku juga mau, Ma.”
“Nanti ya, kalau Adek ulang tahun juga. Hari ini kan kita mau kasih Kakak Uci karena Kakak sedang berulang tahun. Sebagai tanda kalau kita sayang.”
Mata sipit shofa memperhatikan dengan seksama penjaga toko membungkus hadiah buat Suci.
“Pulang, yuk.”
Setiba di rumah.
“Hulaaa, ini dia kue ulang tahun Kakak.” Teriakan Mama mengagetkan Suci yang sedari tadi menanti dengan penuh harap.
“Wah, indah sekali, Ma.. Makasih ya, Ma.” Teriakan Suci lebih keras lagi dari mama.
“Yuk, simpan dulu di kulkas. Nanti kita keluarkan jam tiga.”
“Asyiiik.”
Ketika ruangan sudah siap. Tepat jam tiga. Suci sudah cantik sekali berdandan menyambut para temannya yang mulai berdatangan. Suasana ceria dan seorang badut turut bernyanyi memeriahkan acara.
Suci tampak bahagia sekali mendapat bingkisan dari kawan-kawan.
Tiba-tiba sofa mengajukan sebuah kado mini.
“Adek. Ini apa?”
“Kado Kak. Buat kakak.”
Semua menertawakan kado buatan Sofa. Rupanya ia ingin memberikan hadiah juga pada kakaknya namun bingkisan yang ia buat sungguh berantakan. Kertas kado yang dipakai adalah sisa bungkus kertas kado milik Mama. Dan cara membungkusnya pun sama sekali tidak rapi.
“Ayo, keluarkan kue dari kulkas, Bik Ina.”
Bik Ina segera membuka kulkas dan mengeluarkan kue ulang tahun Suci. Namun Bik Ina kelihatan bingung. Ada seiris potongan kue yang hilang. Bolu berlapis krim dan dihiasi aneka permen serta taburan coklat yang indah itu sudah tidak utuh lagi. Ada bagian kecil yang terambil tidak rapi. Sepertinya seseorang sudah mengambilnya tapi tidak menggunakan pisau. Terlihat dari irisannya yag tidak rapi.
“Ma, kok begini kuenya?”
“Loh , siapa yang sudah memotongnya, Bik?”
“Saya tidak tahu, Bu.”
“Wah, Mama juga nggak tahu. Kamu nggak lihat siapa yang sudah buka kulkas tadi?”
“Nggak, Ma. Aku kan sibuk bantu Bik Ina menghias ruangan tamu.”
“Jangan-jangan ….” Semua mata menoleh ke arah Adek.
“Dek?’
Shofa yang semula sangat gembita tiba-tiba terdiam. Dia ketakutan melihat suasana yang tidak mengenakkan. Perlahan-lahan ia mulai menangis.
“Hua … hua … hua …”
“Ih, Adek gimana sih, Ma?’ Kenapa kue Kakak dimakan, Dek?’ Suci marah membuat tangis adiknya semakin kencang.
“Aku nggak makan kuenya.’
“Bohong! Pasti kamu. Siapa lagi yang ngambil kalau bukan kamu!” hardik Suci.”Ma, masa kue ulang tahunku jadi rusak begini?” Suci pun ngambek dan melotot ke arah Sofa. Ia merasa sangat malu pada teman-teman.
“Ya sudah, Nak. Kan masih bisa dimakan. Nggak apa-apa. Yuk, lanjutkan acaranya.”
Suci menurutI kata-kata Mama namun dengan hati yang sedikit kecewa karena kuenya dimakan Adik.
Awas nanti kamu ya Dek. Kalau acara ini sudah selesai nggak akan aku bagi kado-kado dari temanku. Katanya dalam hati.
Acara dilanjutkan hingga selseai. Suci mulai membuka kado satu persatu. Adiknya sama sekali tak dibolehkan melihat, karena ia masih kesal dengan ulah adik yang hampir saja mengacaukan pesta tadi.
Semua kado sudah dibuka. Ada boneka, baju, mainan, tas sekolah, juga beberapa alat sekolah lainnya.
Terakhir mata Suci tertumpu pada kado berantakan yang didapatnya dari Shofa. Dengan malas-malasan ia membukanya dan terkejut. Isinya adalah potongan kue ulang tahun Suci yang hilang.
“Mama?” Tanya Suci pada Mama. “Ini kuenya dibikin kado sama Adik?”
Suci mendekati adiknya yang dari tadi tak berani mendekat.
“Aku kan mau kasih Kakak kado. Tapi aku nggak punya duit. Aku kasih kue aja.”
Suci segera memeluk adiknya. “Adek, maafin Kakak ya.“
“Aku sayang Kakak.”
“Kakak juga sayang Adek.”
Mama tersenyum memandang kedua buah hatinya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar