Rabu, 22 Februari 2023

Day 23 (terakhir)

Bab 7 Pengimbasan, Pameran Hasil Belajar, dan  dan Tindak Lanjut


Pengimbasan


Pengimbasan merupakan salah satu tugas seorang guru penggerak. Semua yang telah dipelajari dalam Pendidikan Guru Penggerak seyogyanya harus ditularkan kepada rekan sejawat.


Untuk pengimbasan, saya melakukannya sebanyak 3 kali, yaitu:

1. Setelah selesai modul 1

Modul 1 berisi 4 materi yaitu pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak, Visi Sekolah yang Berpihak pada Murid, dan Budaya positif


2. Setelah selesai modul 2

Modul 2 berisi 3 materi yaitu pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial emosional dan coaching


3. Setelah selesai modul 3 

Modul 3 berisi 3 materi yaitu pengambilan keputusan, pengembangan sekolah berbasis aset, dan program sekolah yang berpihak pada murid


Pameran Hasil Belajar


Setelah menyelesaikan program pendidikan guru penggerak selama kurang lebih 6 bulan, maka ditutup dengan lokakarya 7 yaitu pameran hasil belajar. bertempat di Gandhi Primary School Jakarta Utara pada tanggal 22 Desember 2022 sebanyak 99 guru penggerak angkatan 5 nasional atau angkatan 1 DKI Jakarta se-Jakarta utara resmi diumumkan kelulusannya oleh BBGP Yogyakarta sebagai Badan pelaksana pendidikan guru penggerak. 


Selanjutnya kami diserahterimakan kepada kepala suku dinas pendidikan Jakarta Utra baik wilayah 1 maupun 2 untuk diberdayakan.

dalam pameran hasil belajar itu terdapat 17 stand dari 17 kelompok belajar dengan beberapa pengajar praktik yang selalu setua mendampingi. para fasilitator pun diundang dan menyaksikan perayaan yang penuh kegembiraan.


Pada acara tersebut ditampilkan tarian dari peserta dan juga diskusi terbuka peserta dengan kasie PTK Dikdas Jakarta Utara 1 dan 2.

Suasana hangat penuh kekeluargaan dan kegembiraan berkat sukacita atas kelulusan kami.


Saya bersama kelompok saya yaitu pak Sandi Alifian, Imas Dini Harina, Sariyem, Yunita Rahmawati dan Dwi Asih Lestari di bawah bimbingan pengajar praktik Bapak Romy Alfianto mendapat stand dengan nomor urut 15. Dengan nuansa ungu, penampilan stan pameran kami terasa sangat elegan dan menarik perhatian banyak undangan.


Ibu Sri Suharyani, S.Pd sebagai kepala sekolah saya juga termasuk undangan yang terus mensupport dan memotivasi saya selama mengikuti diklat PGP. Dalam stan ini saya memamerkan produk anak-anak kelas 4A yaitu SI Ker-Ker (Kreasi Kerpuk Kerang) dan Tak-Duk (Kotak Diaduk-aduk). 


Saya juga membuat suvenir berupa 7 buah gantungan kunci bergambar kelompok kami beserta pak Romi, dan suvenir berupa bros dari kulit kerang, kerupuk kerang yang sudah matang dan kerupuk kerang yang masih mentah dalam bungkusan mini untuk dibagikan kepada para tamu yang mampir di stan kami.


Uniknya, salah satu anggota kelompok kami ada yang baru saja dioperasi yaitu bu Dwi Asih Lestari sehingga ia datang ke stan dengan mengenakan kruk pada kaki. Sungguh suatu momen yang mengharukan.


Tindak Lanjut


Tindak lanjut setelah kelulusan kami adalah menanti pengumuman kelulusan secara resmi beserta sertifikatnya. Tepat tanggal 30 Januari 2023, dilaksanakanlah Acara tersebut oleh BBGP Yogyakarta. 


Betapa gembiranya kami, karena mulai saat itu kami resmi dinyatakan sebagai guru penggerak. Alhamdulillah, sertifikat pun lantas muncul seiring berakhirnya kegiatan penutupan iru. Saya memperoleh sertifikat kelulusan debgan predikat amat baik. Semoga saya mampu mengamalkan semua ilmu yang saya peroleh dari program guru penggerak. aamiin.


Kegiatan selanjutnya adalah membentuk komunitas praktisi yaitu Komunitas Guru Penggerak Jakarta Utara. Karena Jakarta Utara terbagi menjadi 2 wilayah maka komunitasnya pun terbagi 2. Kami dari Komunitas Guru Penggerak Jakarta Utara 2 dipimpin oleh Bu Fitriana. Sebayak 56 orang guru dari berbagai jenjang, SD, SMP, SMA dan SMK. 


Pada tahap sekarang kami sedang membuat kepengurusan, program kerja dan langkah debut awal untuk mulai berbagi praktik baik. Semoga ke depannya semakin lancar dan dapat membawa misi transformasi pendidikan yang lebih baik bagi Jakarta Utara 2 khususnya, dan bagi negara Indonesia pada umumnya.

Selasa, 21 Februari 2023

Day 22

 Aksi nyata program sekolah 

 


Untuk aksi nyata program sekolah ada 2 yaitu :


  1. Si Ker-ker 


Si Ker-ker merupakan kependekan dari Kreasi Kerupuk Kerang. Mula-mula saya bertanya kepada murid tentang kearifan lokal di sekitar sekolah. Laut, pantai, nelayan dan hasil laut. Salah satu hasil laut adalah kerang hijau yang begitu banyak tersebar di sepanjang pantai belakang sekolah. Harganya murah dan mudah diolah.


Saat itu kami memikirkan mau dibuat apa kerang hijau tersebut? Yang biasa dijajakan oleh penduduk adalah makanan sate kerang atau tumis kerang hijau. Saya ingin berinovasi bersama anak-anak, maka ditemukanlah ide untuk membuat kerupuk kerang hijau.


Mula-mula saya mencoba sendiri membuat kerupuk kerang hijau di rumah. Dengan cara melihat tutorial lewat YouTube. Esoknya saya bawa ke sekolah. Ternyata berhasil. Kerupuk yang saya buat mendapat acungan jempol dari para guru. 


Dari situ saya membuat kelompok anak-anak dan menonton bersama tutorial pembuatan kerupuk kerang hijau. Setiap kelompok harus mempraktikkannya di rumah dengan bantuan pengawasan orangtua masing-masing. Kemudian Minggu berikutnya mereka bawa ke sekolah untuk dinilai.


Hal tersebut justru memberi ide kepada beberapa orangtua dari siswa untuk berjualan kerupuk kerang hijau. Jadilah akhirnya Si Ker-ker dikemas dalam plastik dengan diberi label Si Ker-Ker SDN Kalibaru 03 dengan slogan kerupuk lezat, sehat dan bergizi.


Ternyata kreasi kerupuk kerang mampu memberikan penguatan terhadap ketahanan pangan keluarga siswa sekaligus membuka lahan ekonomi baru bagi orang tua murid.



  1. Pameran dan Bazar


 Program berikutnya sebagai aksi nyata saya adalah berkaitan dengan program Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Saat itu di bulan November, siswa bersama dengan orangtua menyiapkan kreasi berupa pentas seni, pameran dan bazar.


Untuk kegiatan pentas seni, maka kelas saya bersama-sama dengan kelas lainnya menampilkan sendra tari dari berbagai daerah di Indonesia. 


Untuk kegiatan pameran, maka anak-anak memamerkan kreasi seni rupa dekoratif yaitu kolase dan bingkai dari kerang hijau.


Sedangkan untuk kegiatan bazaar, para orang tua murid tak ingin ketinggalan, mereka menjual minuman dan aneka jajanan serta pangan nusantara.


Acara yang sangat meriah karena kami semua memakai pakaian adat dari 34 provinsi. Ibu Kepala Sekolah mengenakan pakaian adat Jawa Barat, saya sendiri mengenakan pakaian adat Bugis, anak-anak lelaki mengenakan pakaian Sadariyah Betawi sedangkan anak-anak perempuan mengenakan pakaian khas sesuai tarian darah yang mereka bawakan. 


Tak kurang, ibu-ibu para orangtua murid mengenakan seragam kebaya dengan aneka corak dan warna. Bahkan sebagian ada yang secara khusus membeli kerudung agar tampak seragam.


Kegiatan ini dirancang, dipersiapkan dan dilaksanakan secara berkolaborasi antara guru, murid dan orangtua. Justru yang mengambil peran paling besar adalah orangtua. Mereka menyiapkan dekorasi, panggung, konsumsi bahkan pakaian anak-anak. Guru hanya memonitor dan memfasilitasi apa yang mereka butuhkan.


Dapat dikatakan bahwa program Si Ker-ker serta Pameran dan Bazaar sangat berkesan di hati para guru, siswa maupun wali murid.







Senin, 20 Februari 2023

Day 21

 Aksi nyata modul 3.2 



Untuk aksi nyata modul ini, saya melakukan pertemuan sebanyak 3 kali yaitu:

1. Pertemuan dengan kepala sekolah

2. Pertemuan dengan kepala sekolah dan dewan guru

3. Pertemuan dengan orangtua murid, murid dan tokoh masyarakat di lingkungan sekolah


Hasil Proses identifikasi aset sekolah selama tiga kali dengan melibatkan berbagai unsur ekosistem sekolah, mulai dari rekan guru, kepala sekolah, murid, orang tua dan/atau tokoh setempat yang berasal dari berbagai latar belakang. 


Hari 1, Selasa, 22 November 2022

Pertemuan dengan Kepala sekolah 



Hasil Pemetaan Aset

Modal manusia

Modal fisik banguan


Hari 2, Rabu, 23 November 2022

Pertemuan dengan rekan sejawat



Hasil Pemetaan Aset

Modal politik

Modal keuangan



Hari 3, Kamis, 24 November 2022

Pertemuan dengan orang tua murid dan rekan guru



Hasil Pemetaan Aset

Modal sosial

Modal lingkungan alam

Modal agama dan budaya


Notulen 




Daftar Hadir







Minggu, 19 Februari 2023

Day 20

 

Aksi nyata modul 3.1 


Aksi nyata saya untuk modul dilema etika adalah mewawancarai 3 orang kepala sekolah berkenaan dengan pengalaman mereka masing-masing saat mengambil keputusan. Adapun pertanyaan yang diajukan kurang lebih sama, yaitu;


Bagaimana Bapak/ibu menentukan bahwa kasus yang dialami adalah dilema etika?

Bagaimana cara Bapak/Ibu menangani kasus tersebut?

Jika ada dua hal yang sama-sama benar tetapi menuntut Bapak/Ibu memilih satu saja di antaranya, maka apa yang menjadi pertimbangan?

Apa saja tantangan Bapak/Ibu saat mengambil sebuah keputusan yang bijak? Apa hal-hal yang mendukung dan yang menghalangi?

Berapa lama biasanya Bapak/Ibu mengambil suatu keputusan terhadap suatu masalah?


Berikut adalah hasil wawancara tersebut.


Wawancara dengan Ibu Sri Suharyani, S.Pd


Ibu Sri Suharyani, S.Pd adalah kepala SDN Kalibaru 03 Jakarta, tempat saya bertugas. Untuk menentukan sebuah kasus maka Ibu Sri Suharyani, S.Pd berusaha untuk ;


- Mengenali ada nilai-nilai yang saling bertentangan

- Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi permasalahan ini kaitannya dengan moral dan semua merasa terpanggil, dengan memperhatikan apakah bisa ditangani hanya dengan memanggil beberapa pihak saja, atau secara keseluruhan

- Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan terkait situasi yang dihadapi

- Pengujian benar atau salah terhadap situasi yang dihadapi meliputi aspek hukum, regulasi, atau naluri/perasaan 

- Memprediksi dampak yang akan terjadi dari situasi tersebut apakah individu versus masyarakat, rasa keadilan versus rasa kasihan, kebenaran versus kesetiaan, dan jangka pendek versus jangka panjang

- Melakukan prinsip resolusi berdasarkan tiga prinsip penyelesaian dilema, yaitu berpikir dengan berbasis akhir, berbasis peraturan, atau berbasis rasa peduli

- Memadukan dua opsi terbaik menjadi opsi ketiga yang diyakini sebagai opsi terbaik dalam menghadapi situasi

- Membuat keputusan berdasarkan solusi yang terbaik

- Refleksi dan evaluasi keputusan yang telah dibuat sebagai bahan pertimbangan untuk situasi ke depannya



Wawancara dengan Bapak Mutahar Janan, S.Pd.I


Memurut Bapak Mutahar Janan, jika ada sesuatu hal yang bertentangan dengan Pancasila, UUD 1945, dan Kode Etik ASN saat menjalankan tugas secara profesional dan bertanggung jawab, yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil yang mencakup nilai dasar dan juga kode etik ASN, seperti netralitas, profesionalisme, dan bermoral tinggi. Walaupun dilema etika yang dihadapi memiliki nilai kebaikan, tetap mempertimbangkan dan menitikberatkan dengan mengacu pada Kode Etik ASN untuk mengidentifikasi kasus-kasus dilema etika dari sudut pandang individu atau masyarakat, keadilan atau kesetiaan


Dalam dua kepentingan yang sama-sama benar tersebut tetap masing-masing memiliki sisi unggul dan lemahnya. Dipertimbangkan lebih dalam dengan nilai kebajikan yang ada, mana keputusan yang lebih banyak memiliki sisi unggul dan minimal risiko terhadap aktivitas satuan pendidikan, yang akan membawa sekolah menuju lebih baik. Dalam mempertimbangkan melibatkan banyak hal, misal pertimbangan saran rekan kerja, sarpras yang mendukung, kemudahan dalam pelaksanaan, dukungan SDM, dll.



Wawancara dengan Ibu Nur Aisyah, M.Pd


Ibu Nur Aisyah, M.Pd adalah kepala SDN Semper Barat 07 yang secara khusus saya temui dan mintai pendapatnya karena beliau merupakan Kepala Sekolah Inspiratif Tingkat Jakarta Utara tahun 2022. Menurut beliau hal-hal yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika adalah saat saya harus mampu menaklukan perasaan, baik rasa kasihan, hubungan kedekatan, dan pertimbangan kemanusiaan lainnya di dalam pengambilan keputusan.


Sedangkan hal-hal yang dianggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika mengacu pada aspek legalitas dan regulasi walaupun di dalamnya seringkali juga melibatkan perasaan dan rasa kasihan. Tetapi pada akhirnya aspek legalitas dan regulasilah yang saya jadikan standar dalam pengambilan keputusan ketika berada dalam satu organisasi dan menjalankan tugas secara profesional dan bertanggung jawab, yang sudah jelas arah dan aturan yang berlaku dalam organisasi.


Secara tertulis belum memiliki jadwal tertentu, tetapi dalam implementasi penyelesaian kasus dilema etika ditangani langsung dengan jadwal dan batas waktu yang sudah dipertimbangkan sesuai dengan tahapan-tahapan yang dilakukan. Setiap tahapan tidak luput dari tindakan evaluasi dan perbaikan untuk tahap berikutnya.


Adapun faktor pendukung adalah kedua wakil beliau, baik bidang kurikulum maupun kesiswaan, adalah pihak yang pertama dimintai pendapat yang diyakini membantu dalam pengambilan keputusan. Selanjutnya jika kasus-kasus dilema masih terasa belum terselesaikan dengan melibatkan kedua wakil, beliau mengajak rekan-rekan guru untuk memberikan saran untuk mempermudah dalam pengambilan keputusan. Faktor-faktor yang mempermudah dan membantu dalam pengambilan keputusan bisa berasal dari dukungan sarpras, dana, dan berbagai regulasi yang tepat yang sebelumnya belum diketahui dan baru mencari dan mengetahuinya saat mengalami kasus dilema etika.


Demikianlah aksi nyata saya dalam modul 3.1. Dari hasil wawancara dengan ketiga orang di atas, makal pembelajaran yang dapat saya petik dari pengalaman mengambil keputusan dilema etika adalah tetap mengacu pada aspek hukum dan regulasi, jika mulai melibatkan perasaan maka menekan perasaan tersebut sehingga secara profesional keputusan yang dibuat amanah dan dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan peraturan yang berlaku.

Sabtu, 18 Februari 2023

Day 19

 Aksi nyata modul 2.3


Pada modul 2.3 saya belajar bagaimana meningkatkan kompetensi melalui coaching. Tujuan coaching adalah membantu coachee menyelesaikan sendiri permasalahan dengan cara memberi pertanyaan-pertanyaan berbobot. Pertanyaan tersebut haruslah mengikuti alur TIRTA agar terarah dan coaching berhasil.


Saya mengimplementasikan coaching pada beberapa orang, diantaranya rekan sejawat yaitu Bu Sairah, S.Pd, guru aPendidikan Agama Islam kelas 1, 2, 3 SDN Kalibaru 03, pada murid yaitu Aulia Maharani dan pada orangtua murid yaitu Okta Dermawan.


Berikut hasilnya.


  1. Coaching pada rekan sejawat


Saya : Assalamu alaikum Bu. Bagaimana kabarnya?

Bu Ira: Alhamdulillah baik. Tetapi saya sedang memikirkan sesuatu

Saya : wah, apa itu kalau boleh tahu?

Bu Ira: saya bingung dengan anak murid yang belum bisa mengaji Alquran, padahal pelajaran umumnya nilainya bagus

Saya : oh, kira-kira kenapa bisa begitu ya?

Bu Ira:sepertinya orangtuanya kurang perhatian bu

Saya :apakah Bu Ira sudah menanyakan langsung pada orangtuanya?

Bu Ira:belum Bu, setiap saya panggil ke sekolah, ibunya selalu mengatakan sibuk

Saya :apa solusi Bu Ira untuk anak ini?

Bu Ira: hm … apa ya Bu? Mungkin saya akan memberikan waktu tambahan untuk mengajarkan iqro'

Saya : wah ide yang bagus itu. Tetapi apa mungkin Bu? Apakah tidak ada kendala yang muncul? 

Bu Ira: ya mungkin kendalanya saya jadi harus meluangkan waktu tambahan buat anak ini

Saya :kira-kira kalau muncul kendala apa yang akan ibu lakukan?

Bu Ira:saya akan ingat-ingat bahwa mengajar itu mencari pahala dunia akhirat. Jadi kalau saya merasa lelah saya akan diingatkan bahwa lelah saya akan diganti oleh allah

Saya : wah luar biasa. Semoga Bu Ira bisa menjalankan rencana tersebut ya. Oiya adakah rencana lain Bu selain menambahaktu untuk anak tersebut?

Bu Ira: saya akan konsultasi kepada kepala sekolah barangkali memperoleh masukan lainnya. Kalau perlu saya meminta dibuatkan surat panggilan untuk orangtuanya

Saya :wah bagus juga itu. Ada lagi rencana lain?

Bu Ira: sepertinya itu dulu sudah cukup Bu. Wah makasih banyak ya Bu nur, saya jadi tercerahkan dan memperoleh solusi dari masalahnya sendiri

Saya : yaa Bu, sama-sama. Tetapi kapan nih Bu Ira mau melaksanakan rencana tersebut

Bu Ira: secepatnya Bu. Insya Allah besok saya akan mulai merancang jadwal iqra dan besok siangnya saya akan menemui kepala sekolah

Saya : baiklah Bu. Semoga sukses ya

Bu Ira: amin. Terima kasih Bu nur

Saya : sama-sama Bu Ira



  1. Coaching pada murid

Saya : ada apa Rani mau menemui ibu?

Rani : saya mau nanya Bu. Bagaimana supaya nilai saya bagus?

Saya : memang nilai sekarang kurang bagus?

Rani : iya Bu saya dimarahin terus sama mama, katanya suruh belajar. Saya udah rajin belajar Bu tapi saya nggak ngerti-ngerti

Saya ; wah kenapa ya kamu merasa nggak ngert-ngerti?

Rani : nggak tahu Bu. Padahal saya udah baca-baca buku. Tapi lama-lama saya bosen

Saya :hm … apakah kamu belajar sendirian atau ada yang mendampingi Rani?

Rani :sendirian bu

Saya : oh jadi selama ini Rani belajar sendiri, sudah rajin membaca, tetapi sering bosan dan kurang mengerti ya?

Rani : iya Bu. Apa mungkin karena itu ya Bu?

Saya ; karena itu apa?

Rani : karena nggak ada yang mendampingi kali ya Bu? Jadi saya bosen 

Saya : yah bisa jadi. Apa kamu pernah belajar yang tidak sendirian?

Rani : pernah Bu waktu belajar kelompok sama temen-temen

Saya : kalau berkelompok kamu semangat?

Rani : iya Bu dan juga cepet ngerti karena temen-temen bisa bantu jelasin

Saya ; o.. gitu. Jadi kamu sudah tahu belum nih solusi dari masalah kamu?

Rani :ya … ya … Bu. Sepertinya saya harus rajin belajar kelompok bersama temen-temen

Saya : wah ide bagus. Kapan mau kamu mulai rencana itu?

Rani : nanti siang deh Bu. Saya mau ngajak Mela dan Tuti untuk belajar.

Saya : kalau mereka nggak mau gimana? Apa yang akan kamu lakukan?

Rani : saya akan mengajak Vania atau Siti. Vania kan rajin, Siti juga. Saya akan mengajak teman-teman lainnya. Pasti ada yang mau.

Saya ; wah semangat ya Rani. semoga kamu sukses deh

Rani : terima kasih Bu atas pengarahannya.

Saya : sama-sama sayang



  1. Pada wali murid

Saya : apa kabar Bu? Ada masalah apa nih?

Mama Okta : baik Bu guru. Saya ingin konsultasi tentang perkembangan belajar Okta. Kenapa ya tulisannya nggak bisa diubah? Susah sekali disuruh menulis di rumah.

Saya : memang okta belajar di rumah jam berapa?

Mama Okta :itu dia Bu. Nggak menentu. Kalau ada pe-er aja dia mau nulis. Itu juga kalau didampingi saya. Kalau saya ngga ada dia main sama Indra terus

Saya : oh dia dekat dengan Indra ya?

Mama Okta : iya Bu. sehari-hari mainnya sama indra terus. Sampai lupa makan, lupa belajar, lupa segalanya 

Saya : memang mereka main apa dan di mana?

Mama Okta : main burung Bu. Kalau pulang sekolah langsung aja Indra nyamper terus mereka bawa burung ke lapangan. Main sampe sore

Saya : itu setiap hari?

Mama Okta : iya Bu setiap hari

Saya : bagaimana tindakan ibu selama ini?

Mama Okta : Saya capek marahin bu. Saya dan suami ini kan kerja Bu di dekat lapangan. Pulangnya isya. Jadi sampai rumah sudah capek, saya suka lupa nanyain pe-ernya. Tau-tau malam baru bilang ada pe-er

Saya : o..jadi begitu ya. Hm … bapak dan ibu bekerja mencari uang untuk siapa?

Mama Okta : ya untuk anak-anak bu

Saya : tetapi karena bekerja ibu justru lupa dengan anak ya?

Mama Okta : iya Bu saya sampe rumah udah cape duluan

Saya : kalau gitu tujuan ibu bekerja demi anak tercapai tidak?

Mama Okta : waduh gimana ya? Kok saya jadi seperti mengabaikan anak saya ya? Padahal saya kerja capek buat dia

Saya : kalau begitu ibu bisa membuat solusi tidak?

Mama Okta : ya Bu saya akan berusaha mendampingi dia belajar, secapek apa pun saya

Saya : bagaimana kalau ibu sedang merasa capek sekali? Apakah ibu akan tetap mendampingi Okta belajar?

Mama Okta : siap Bu. Saya akan tetap mendampingi. Demi masa depan anak saya

Saya : siapa orang di rumah yang kira-kira bisa mengingatkan dan membantu jika ibu lupa?

Mama Okta : ada suami saya Bu nanti yang mengingatkan

Saya : bagus Bu tekad ibu semoga terlaksana dan semoga Okta jadi semangat belajar

Mama Okta : baik Bu terima kasih atas wejangan ibu

Saya : ya sama-sama semoga Okta lebih rajin menulis ya

Mama Okta : ya Bu amiin. Terima kasih


Day 18

Aksi nyata modul 2.2 



Untuk aksi nyata pembelajaran sosial emosional, saya mempraktikkan Mindfullness, Jadwal Harian, Kendali Emosi, Tepuk Memuji, Balon prasangka, Friendship day, dan Surat apresiasi 

  1. Mindfullness


Kegiatan ini dilakukan saat kelas mulai tak kondusif. Merupakan alternatif lain selain ice breaking. Tujuannya menenangkan siswa agar kembali santai, nyaman dan tidak terlalu stres belajar.


Caranya:

  1. Mula-mula pastikan dulu seisi kelas berhenti dari segala kegiatan yang sedang dilakukan agar fokus

  2. Guru bersama siswa mengatakan "Mindfullness!" bersama-sama, 

  3. Anak-anak mengangkat kedua tangan, menggerakkan pergelangan dan jemari kemudian menyusun dua tangan di atas meja sambil memejamkan mata.

  4. Guru berhitung perlahan sambil siswa mengambil nafas dan mengembuskannya sambil terpejam

  5. Pastikan semua anak dalam posisi ternyaman.

  6. Guru memperdengarkan musik relaksasi yang bisa diputar melalui audio atau bisa mengarahkan dengan suara sendiri, membawa anak-anak untuk berimajinasi ke tempat yang nyaman, sejuk, tenang dan damai.

  7. Ajaklah anak bersyukur kepada Tuhan atas semua karunia.

  8. Sekitar 5 menit kemudian hitung 1-3 dan anakmdipersilakan membuka matanya

  9. Tanyakan pada murid apa yang mereka rasakan

  10. Tanyakan pada murid sudah fresh belum dan ajak kembali pada kegiatan semula yang tadi dihentikan.


Dalam mindfullness, guru berkata-kata dengan suara lembut, mengajak siswa berhening diri. Mengajak siswa seolah sedang memasuki sebuah tempat yang amat nyaman, sejuk, asri, alami dan indah. Ajaklah anak membayangkan suara gemericik air di sungai, bebatuan dan pasir yang terinjak, dan lain-lain.



  1. Jadwal Harian


Jadwal harian adalah susunan kegiatan sehari-hari yang dilakukan murid dari bangun tidur hingga tidur lagi. Hal ini penting supaya murid pandai mengelola waktu. Dalam 24 jam sehari mereka melakukan apa saja? Nantinya murid dapat melihat kebanyakan waktu mereka efektif atau tidak untuk mewujudkan cita-cita.


Contoh Jadwal Harian adalah:

04.30 : solat subuh

05.00 : mandi, sarapan

06.00: berangkat sekolah

12.00: pulang sekolah, makan, solat Zuhur

13.00 : menonton televisi, main game di handphone

14.00 : tidur siang

15.00 : solat asar, jajan, main dengan teman

16.00 : les, mengerjakan PR

17.00 : mandi

18.00 : solat, mengaji

20.00 : menonton televisi

21.00 : tidur


Dalam membuat jadwal harian, pastikan anak-anak menulis dengan jujur. Sehingga mereka bisa melihat sendiri apakah kegiatan harian mereka perlu diubah menjadi lebih baik atau sudah cukup baik sehingga dapat dilanjutkan.


  1. Kartu Kendali Emosi


Di era digital seperti sekarang, banyak murid yang terpengaruh dengan interaksi yang kurang positif dengan temannya. Seringkali menyaksikan lewat arus media tentang sikap-sikap negatif sehingga terbawa ke sekolah. Hal ini sangat berpengaruh pada perkembangan emosi siswa. Itu sebabnya saya membuat kartu kendali emosi untuk siswa. Kendali Emosi adalah sebuah kartu yang berisi beberapa pertanyaan seperti berikut.


  1. Siapa namamu?

  2. Siapa saja sahabatmu?

  3. Siapa orang yang paling kamu sayang?

  4. Hal apa saja yang bisa membuatmu tertawa gembira?

  5. Hal apa saja yang membuatmu sedih?

  6. Hal apa saja yang membuatmu marah?

  7. Apa yang kamu lakukan untuk dapat tertawa gembira?

  8. Apa yang kamu lakukan untuk menghilangkan kesedihan?

  9. Apa yang kamu lakukan untuk menghilangkan rasa marah?

  10. Sudahkah kamu berbuat baik hari ini?

  11. Sudahkah kamu ucapkan terima kasih hari ini?

  12. Sudahkah kamu meminta maaf hari ini?

  13. Sudahkah kamu bersyukur pada Tuhan hari ini?

  14. Sudahkah kamu tersenyum hari ini?

  15. Sudahkah kamu bahagia hari ini?


  1. Tepuk Memuji


Banyak anak yang suka mengejek atau merendahkan teman. Apalagi jika temannya itu memiliki kelemahan fisik tertentu. Pendek, misalnya, atau hitam, dll. Padahal setiap orang memiliki kelebihan masing-masing.


Permainan tepuk Memuji akan mengingatkan mereka bahwa setiap makhluk Tuhan itu tidak ada yang sempurna, tetapi tidak ada pula yang sia-sia. Semua makhluk Tuhan istimewa. Jika kita menghina seseorang, berarti kita sedang menghina Tuhan. Setelah itu ajaklah anak bermain Tepuk Memuji.


Caranya ;


  1. Buatlah lingkaran besar jika memungkinkan. Tapi jika di dalam kelas, cukup buat kelompok secara acak berisi 5-8 siswa

  2. Mintalah mereka berdiri berbaris dalam satu arah

  3. Guru memberi aba-aba "Mulai!" 

  4. Siswa yang berdiri paling depan membalikkan badan sehingga kini berhadapan dengan siswa kedua.

  5. Mintalah ia untuk memegang bahu kawannya itu sambil mengucapkan satu kalimat pujian. Misal, "Hai, rambut kamu bagus sekali, terlihat sehat dan halus." Diiringi ucapan terima kasih teman yang dipuji.

  6. Temannya itu berbalik kepada siswa yang berdiri di belakangnya lagi

  7. Lakukan lagi pujian seperti tadi namun dengan kalimat yang berbeda. Misal, " Hai, sepatu bagus sekali, pasti kamu rajin membersihkannya."

  8. Demikian seterusnya Hingga baris siswa terujung. 

  9. Jika sudah selesai, maka siswa yang paling ujung itu kembali memuji teman di hadapannya. Sehingga pujian itu akan berakhir di orang pertama.

  10. Guru memberi apresiasi dengan tepuk tangan dan mempersilakan siswa duduk kembali.


  1. Balon Prasangka

Balon Prasangka merupakan sebuah permainan untuk !eningkatkan kesadaran berinteraksi siswa. Dengan permainan ini siswa dapat !wnyadari bahwa tidak semua prasangka itu benar adanya atau sesuai kenyataan. 


Alat dan bahan yang harus disiapkan adalah balon berwarna-warnii, spidol, kertas Sticky Note, jarum. Cara bermainnya adalah, tiup balon dan ikat kuat. Lalu tuliskan nomor pada balon. Buatlah sebuah kalimat di kertas Sticky Note dengan format semua …. pasti … (misalnya semua orang kaya pasti pelit, semua orang cantik pasti sombong, semua guru pasti galak, dst) dan tuliskan nomor pada bagian belakang atau tempelkan kertas pada balon. 


Mintalah anak berpasangan untuk memegang 1 balon dan 1 jarum. Dengan menyebutkan angka yang diinginkan, minta mereka menyebutkan kalimat pada Sticky Note yang ditempel pada balon nomor tersebut.


Tanyakan apakah kalimat prasangka pada balon itu benar? Biasanya anak akan menjawab tidak. Karena tidak se!ya orang kaya pelit, ada yang baik hati dan dermawan. Tidak semua guru galak, ada guru yang baik dan lemah lembut. 


Setelah anak menyanggah kalimat tersebut, maka mintalah ia untuk memecahkan balonnya. Hal itu bermakna bahwa kita semua sama-sama membuang jauh-jauh prasangka pada kalimat tersebut.


  1. Friendship Day

Swminggu sekali setiap Senin, saya meminta anak membuat kado dengan harga 2000-5000. Kemudian mereka bertukar hadiah sambil bernyanyi. 

Selain itu, secara tidak rutin saya minta anak membuat hadiah untuk dibagikan kepada kelas lain. Saat itu anak-anak membuat kembang kelapa dari lidi yang dihias kertas krep lalu ditempelkan permen-permen dan biskuit. Kemudian dibagikan kepada kelas lain.

Hal ini bertujuan untuk mempererat interaksi di antara siswa, baik dengan teman sekelas maupun dengan kelas lain. Biasanya teman dari kelas lain sangat gembira menerima hadiah dari kelas kami.Dengan demikian juga mencegah terjadinya sikap saling membully atau mengejek antar kelas.


  1. Surat Apresiasi

Surat Apresiasi adalah surat yang ditulis dari seorang anak kepada teman, guru atau penjaga sekolah atau penjaga kantin. Anak-anak dapat menuliskan pada selembar kertas yang indah atau membuat kartu dari kertas karton, Manila atau membeli kartu ucapan yang sudah tersedia di toko. Mereka diminta menuliskan rasa terima kasih yang setulusnya atas kebersamaan selama mereka bersekolah di tahun ini. 



Kamis, 16 Februari 2023

Day 17

 Aksi nyata modul 2.1 Membuat dan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi


Sebelum melaksanakan pembelajaran Berdiferensiasi, saya melakukan pemetaan kelas untuk menentukan profil murid. Untuk itu ada beberapa hal yang saya lakukan, yaitu;


Survey diagnostik awal tentang kesiapan belajar murid

Survey diagnostik awal tentang gaya belajar murid dan mengelompokkannya dalam 3 kelompok

Membuat RPP

Menyiapkan sumber, metode, dan media

Menyiapkan alat evaluasi dan lembar penilaian


Di sini saya mempraktikkan pembelajaran diferensiasi. Saya menggunakan moda pembelajaran Tatap Muka dengan fokus pada diferensiasi proses dalam mata pelajaran Seni Rupa Unit 3 yaitu Bereksperimen dengan Tekstur. Materi pokoknya adalah tentang tekstur dan jenis-jenisnya serta teknik dan bahan pembuatan tekstur. 


Adapun waktunya selama 1 kali pertemuan yaitu 3 jam pelajaran atau 145 menit. Dengan subyek pembelajaran murid kelas 4A sejumlah 32 anak.


Metode yang saya gunakan adalah ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi dan penugasan. Sarana yang saya siapkan adalah komputer/laptop, proyektor dan jaringan internet. Sumber belajar buku siswa, buku guru, YouTube, dan media berupa kertas beraneka tekstur serta alat mewarnai. Selain itu saya juga menyiapkan balon, spidol dan jarum untuk praktik Bermain Balon Prasangka.


Kegiatan saya awali dengan pembukaan secara hangat demgan menanyakan kabar dan perasaan siswa. Kemudian saya mengkondisikan kelas dan memeriksa absensi. Setelah berdoa saya mengajak siswa untuk menyamakan persepsi. Siswa diminta menjawab benar-benar pertanyaan saya sesuai kebutuhan. 


Kemudian saya menyampaikan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, langkah-langkah dan jenis penilaian. Dengan cara mempresentasikan materi melalui proyektor sehingga menarik bagi siswa. 


Setelah itu siswa diminta memberikan umpan balik. Saya menggunakan beberapa pertanyaan pemantik tentang tekstur kertas, jenis kertas, membuat tekstur, dan lain-lain. Saya dan murid saling bertanya jawab. Setelah itu anak-anak mulai mengerjakan tugas membuat tekstur.


Karena fokus saya pada diferensiasi proses, maka yang saya bedakan adalah dalam kegiatan dan sumber belajar. Saya membagi murid dalam 6 kelompok kecil yang sebenarnya masuk ke dalam 3 kelompok besar yaitu:


Menggunakan sumber pengalaman langsung yaitu melihat tekstur bangunan dan jalan di sekitar rumah/sekolah dengan media buku gambar

Menggunakan sumber buku bacaan dengan media koran, surat kabar dan majalah

Menggunakan sumber video YouTube dengan media proyektor dan laptop.


Enam kelompok diberikan waktu masing-masing untuk memahami materi tekstur dengan menggunakan sumber dan media yang berbeda sesuai minat mereka. Diferensiasi ini membuat siswa bersemangat karena dapat memilih proses belajar yang mereka sukai.


Dalam RPP ini saya juga menyisipkan beberapa permainan yaitu Balon Prasangka dan Tepuk Memuji serta budaya positif yaitu pembiasaan literasi 15 menit. Berikut ini RPP dan materi yang dipresentasikan.











Rabu, 15 Februari 2023

Day 16

 Aksi Nyata modul 1.4. 


Mengganti hukuman dengan konsekuensi


Yang dimaksud dengan budaya positif dalam pendidikan guru penggerak bukanlah pembiasaan-pembiasaan. Melainkan budaya positif dalam mendisiplinkan siswa yang melanggar peraturan sekolah.


Contoh murid terlambat, tidak mengenakan seragam yang sesuai, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, bercanda saat pembelajaran, berkelahi dengan teman, menyontek, dll.


Dulu, guru seringkali memberi hukuman kepada murid yang melanggar tata tertib yang kadang hukumannya itu tidak ada korelasinya dengan kesalahan anak. Misalnya anak yang datang terlambat disuruh lari keliling lapangan sebanyak sepuluh kali. 


Guru mengira hukuman itu akan memberi efek jera pada anak, tetapi sebenarnya hal tersebut memiliki efek negatif.


Tidak manusiawi

Menyakiti secara fisik ataupun verbal

!e!buat !urid tidak nyaman

Membuat anak malu, tidak percaya diri, resah

Mungkin murid memiliki alasan tertentu yang perlu didengar dan dibantu

Ada unsur emosi pada diri guru yang dihawatirkan kebablasan dalam memberi hukuman

Bisa saja si anak yang menerima hukuman tidak bisa menerimanya dalam hati. Namun, ia hanya bisa menuruti sang guru dengan terpaksa. 

Hukuman tidak akan efektif karena tidak berkaitan dengan kesalahan

Dianggap malpraktik dalam dunia pendidikan

Salah treatmen akan !emburnanak dendam pada guru yang mengakibatkan anak semakin malas belajar


Begitu banyak efek negatif dari sebuah hukuman. Sudah seharusnya hukuman itu diganti dengan Konsekwensi. Tanyakan dulu apa kendala yang dihadapi anak sehingga ia tidak mengikuti tata tertib yang ada. Karena sdalam teori motivasi dikatakan bahwa setiap orang melakukan sesuatu ada unsur alasan tertentu. 


Guru harus menghargai muridnya dengan menanyakan terlebih dulu mengapa murid itu terlambat. Mungkin ayahnya yang mengantar sedang sakit sehingga ia harus berjalan kaki. Atau mungkin membantu seseorang di jalan sehingga menghabiskan waktu beberapa menit. Dan banyak lagi kemungkinan lainnya.


Jika alasannya tepat maka guru harus menerimanya tanpa memberikan hukuman atau Konsekwensi apa pun. Tetapi jika memang ada unsur kesengajaan dan malas dari murid, maka berikan ia konsekwensi yang sesuai.


Misal jika murid sengaja terlambat datang, berarti ia tidak bisa ikut upacara, maka ketika temannya masuk kelas, yang terlambat ini harus meneruskan upacara sendiri di lapangan.


Jika murid sengaja tidak mengerjakan PR, maka ia diberi Konsekwensi merangkum materi dari buku selama beberapa waktu hingga ia paham. Dan seterusnya. Jadi Konsekwensi yang diberikan padanya masih ada kaitan dengan kesalahannya dan akan memberi dampak positif atas kesalahannya itu.



B. Menerapkan Segitiga Restitusi


Setiap menghadapi tingkah indisipliner siswa, saya mencoba menerapkan langkah-langkah restitusi, yaitu;


Menetapkan identitas

Maksudnya jika siswa berkelahi, maka pasti secara fisik terlihat kesal, nafas memburu, wajah keras, bibir mengerucut. Maka tindakan pertama saya adalah menentralisir keadaan. Biarkan anak tenang, ajak duduk, atur nafas. Setelah siswa tenang barulah lanjut kepada langkah kedua

Mengkonfirmasi kesalahan

Tanyakan anak peristiwa apa yang terjadi? apa yang mereka langgar? apakah hal itu sesuai peraturan? Jika anak sudah mengkonfirmasi bahwa yang dilakukannya salah barulah menanjak pada langkah ketiga.

Membantu siswa menjawab solusi. Setelah anakntenang dan menyadari kesalahannya, tanyakan padanya apa yang bisa ia lakukan untuk menebus kesalahan itu. Biarkan siswa menyebutkan sendiri Konsekwensi yang akan dia lakukan. Jika dirasa sudah pas barulah guru mempersilakan anak itu menjalankan konsekwensinya, untuk memperbaiki kesalahannya dan kembali ke tengah kelompoknya dengan perasaan lebih baik.







Selasa, 14 Februari 2023

Day 15

 Aksi nyata Modul 1.3 Membuat Visi Misi Kelas serta Keyakinan Kelas



Visi Misi Kelas 

Setiap sekolah mempunyai visi misi. Seharusnya guru penggerak dapat menginisiasi sebuah pengubahan visi misi lama yang belum berpihak pada murid menjadi visi misi sekolah yang baru dengan paradigma baru. Namun, hal itu bukanlah perkara mudah serta membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama. 


Jadi sementara itu, saya membuat visi misi kelas terlebih dahulu bersama murid. Saya membuat suatu prakarsa perubahan. Kegiatan ini saya lakukan dengan menggunakan alur BAGJA sebagai berikut. 



Apakah visi dari sekolah tempat saya mengajar?

Mewujudkan peserta didik yang unggul IMTAQ, berprestasi dalam IPTEK serta peduli dan berbudaya lingkungan. 

 

Apakah prakarsa perubahan yang akan saya lakukan?

Mewujudkan murid yang merdeka belajar, literat dan beradab melalui kolaborasi sekolah dan orangtua.


Apakah Pertanyaan Utama dari kegiatan yang akan saya lakukan?


Bagaimana cara agar murid merdeka belajar?


Kegiatan/tindakan apa yang akan dilakukan?

Saya akan mengikuti alur BAGJA sebagai berikut.


B=buat pertanyaan.

Saya bertanya pada murid tentang hal-hal apa saja yang membuat mereka semangat belajar. Saya memberi kesempatan murid untuk berpikir, berdiskusi dengan teman dan menyampaikan pendapat dengan suasana yang hangat.


A= ambil pelajaran.

Saya memutarkan video tentang kisah orang-orang sukses atau tokoh-tokoh terkenal. Saya meminta murid mencatat hal-hal penting pada tayangan tersebut. Saya bertanya apa dan bagaimana agar mereka bisa sukses dengan belajar mandiri dan merdeka. Jawaban murid yaitu murid tergugah dengan kisah sukses pada tayangan, mereka juga mengatakan senang belajar bila guru mendampingi, ruang kelas sejuk, ada rak buku, ada rak mainan, ada hiasan dinding kreasi mereka, dll. 


G=gali impian

Saya meminta murid memejamkan mata dan membayangkan suasana belajar yang murid impikan, harapan mereka di masa depan, serta cita-cita yang ingin mereka capai. Saya memberi waktu sekitar 5 menit agar murid menyelami mimpi mereka. Lalu ketika murid diminta membuka matanya, saya menanyakan apa saja gambaran impian mereka. Murid-murid mengatakan semua isi hatinya. Saya mengelompokkan jawaban tersebut serta mencatatnya.


J=jabarkan rencana

Saya menuliskan di papan tulis tentang rencana untuk perbaikan belajar murid. Saya mempersilakan murid mencatat dan menuliskan apa rencana mereka selanjutnya. Saya meminta pendapat murid lalu mengajak murid mendiskusikannya serta mengatur rencana perbaikan belajar.


A=atur eksekusi

Saya memimpin murid untuk membuat timeline jadwal kegiatan harian. Selain itu saya membuat timeline untuk evaluasi bulanan.


Apa peran saya dalam kegiatan tersebut?

Saya sebagai pemimpin pembelajaran melakukan perubahan dengan sesuai alur BAGJA. Yaitu mengajak murid dengan membuat pertanyaan, mengambil pelajaran, menggali impian, menjabarkan rencana serta mengatur eksekusinya. Saya tidak sekadar menyuruh tetapi memberi kesempatan pada siswa untuk melibatkan diri secara langsung. Sehingga aktivitas perubahan itu dialami langsung oleh murid-murid saya.


Apa saja modal utama yang saya manfaatkan?


Modal utama saya adalah murid, ruang kelas, sarana dan prasarana serta video orang sukses. Saya memimpin dan memanfaatkan aset tersebut dengan baik.


Pemanfaatannya adalah murid diajak langsung untuk memikirkan dan mewujudkan perubahan. Murid juga diajak untuk terlibat langsung dalam perubahan.


Sarana dan prasarana seperti kursi, meja, dinding kelas dimanfaatkan untuk mengubah suasana, membuat pojok baca dan menghias ruangan. Sehingga kini kelas mereka lebih indah, nyaman dan menyenangkan. Akhirnya tujuan mereka agar belajar dengan lebih semangat pun tercapai.



Keyakinan Kelas


Di kelas saya sudah ada Kesepakatan Kelas, namun bersama murid saya mencoba mengubahnya menjadi Keyakinan Kelas. Tujuannya agar murid memahami nilai serta meyakininya. Sehingga apa yang mereka inginkan yaitu untuk menciptakan kelas yang baik bisa dicapai.


Keyakinan kelas kami berbunyi;

Aku beriman kepada Allah SWT dan selalu bersyukur

Aku kreatif, percaya diri, mau mencoba dan mandiri

Tanggung jawab itu penting

Kejujuran adalah hal utama

Belajar dengan gembira dan bahagia

Saling menghargai dan menyayangi dengan teman

Berkata-kata dan bertanya dengan sopan

Patih kepada guru dan orangtua akan sukses