Aksi nyata modul 2.3
Pada modul 2.3 saya belajar bagaimana meningkatkan kompetensi melalui coaching. Tujuan coaching adalah membantu coachee menyelesaikan sendiri permasalahan dengan cara memberi pertanyaan-pertanyaan berbobot. Pertanyaan tersebut haruslah mengikuti alur TIRTA agar terarah dan coaching berhasil.
Saya mengimplementasikan coaching pada beberapa orang, diantaranya rekan sejawat yaitu Bu Sairah, S.Pd, guru aPendidikan Agama Islam kelas 1, 2, 3 SDN Kalibaru 03, pada murid yaitu Aulia Maharani dan pada orangtua murid yaitu Okta Dermawan.
Berikut hasilnya.
Coaching pada rekan sejawat
Saya : Assalamu alaikum Bu. Bagaimana kabarnya?
Bu Ira: Alhamdulillah baik. Tetapi saya sedang memikirkan sesuatu
Saya : wah, apa itu kalau boleh tahu?
Bu Ira: saya bingung dengan anak murid yang belum bisa mengaji Alquran, padahal pelajaran umumnya nilainya bagus
Saya : oh, kira-kira kenapa bisa begitu ya?
Bu Ira:sepertinya orangtuanya kurang perhatian bu
Saya :apakah Bu Ira sudah menanyakan langsung pada orangtuanya?
Bu Ira:belum Bu, setiap saya panggil ke sekolah, ibunya selalu mengatakan sibuk
Saya :apa solusi Bu Ira untuk anak ini?
Bu Ira: hm … apa ya Bu? Mungkin saya akan memberikan waktu tambahan untuk mengajarkan iqro'
Saya : wah ide yang bagus itu. Tetapi apa mungkin Bu? Apakah tidak ada kendala yang muncul?
Bu Ira: ya mungkin kendalanya saya jadi harus meluangkan waktu tambahan buat anak ini
Saya :kira-kira kalau muncul kendala apa yang akan ibu lakukan?
Bu Ira:saya akan ingat-ingat bahwa mengajar itu mencari pahala dunia akhirat. Jadi kalau saya merasa lelah saya akan diingatkan bahwa lelah saya akan diganti oleh allah
Saya : wah luar biasa. Semoga Bu Ira bisa menjalankan rencana tersebut ya. Oiya adakah rencana lain Bu selain menambahaktu untuk anak tersebut?
Bu Ira: saya akan konsultasi kepada kepala sekolah barangkali memperoleh masukan lainnya. Kalau perlu saya meminta dibuatkan surat panggilan untuk orangtuanya
Saya :wah bagus juga itu. Ada lagi rencana lain?
Bu Ira: sepertinya itu dulu sudah cukup Bu. Wah makasih banyak ya Bu nur, saya jadi tercerahkan dan memperoleh solusi dari masalahnya sendiri
Saya : yaa Bu, sama-sama. Tetapi kapan nih Bu Ira mau melaksanakan rencana tersebut
Bu Ira: secepatnya Bu. Insya Allah besok saya akan mulai merancang jadwal iqra dan besok siangnya saya akan menemui kepala sekolah
Saya : baiklah Bu. Semoga sukses ya
Bu Ira: amin. Terima kasih Bu nur
Saya : sama-sama Bu Ira
Coaching pada murid
Saya : ada apa Rani mau menemui ibu?
Rani : saya mau nanya Bu. Bagaimana supaya nilai saya bagus?
Saya : memang nilai sekarang kurang bagus?
Rani : iya Bu saya dimarahin terus sama mama, katanya suruh belajar. Saya udah rajin belajar Bu tapi saya nggak ngerti-ngerti
Saya ; wah kenapa ya kamu merasa nggak ngert-ngerti?
Rani : nggak tahu Bu. Padahal saya udah baca-baca buku. Tapi lama-lama saya bosen
Saya :hm … apakah kamu belajar sendirian atau ada yang mendampingi Rani?
Rani :sendirian bu
Saya : oh jadi selama ini Rani belajar sendiri, sudah rajin membaca, tetapi sering bosan dan kurang mengerti ya?
Rani : iya Bu. Apa mungkin karena itu ya Bu?
Saya ; karena itu apa?
Rani : karena nggak ada yang mendampingi kali ya Bu? Jadi saya bosen
Saya : yah bisa jadi. Apa kamu pernah belajar yang tidak sendirian?
Rani : pernah Bu waktu belajar kelompok sama temen-temen
Saya : kalau berkelompok kamu semangat?
Rani : iya Bu dan juga cepet ngerti karena temen-temen bisa bantu jelasin
Saya ; o.. gitu. Jadi kamu sudah tahu belum nih solusi dari masalah kamu?
Rani :ya … ya … Bu. Sepertinya saya harus rajin belajar kelompok bersama temen-temen
Saya : wah ide bagus. Kapan mau kamu mulai rencana itu?
Rani : nanti siang deh Bu. Saya mau ngajak Mela dan Tuti untuk belajar.
Saya : kalau mereka nggak mau gimana? Apa yang akan kamu lakukan?
Rani : saya akan mengajak Vania atau Siti. Vania kan rajin, Siti juga. Saya akan mengajak teman-teman lainnya. Pasti ada yang mau.
Saya ; wah semangat ya Rani. semoga kamu sukses deh
Rani : terima kasih Bu atas pengarahannya.
Saya : sama-sama sayang
Pada wali murid
Saya : apa kabar Bu? Ada masalah apa nih?
Mama Okta : baik Bu guru. Saya ingin konsultasi tentang perkembangan belajar Okta. Kenapa ya tulisannya nggak bisa diubah? Susah sekali disuruh menulis di rumah.
Saya : memang okta belajar di rumah jam berapa?
Mama Okta :itu dia Bu. Nggak menentu. Kalau ada pe-er aja dia mau nulis. Itu juga kalau didampingi saya. Kalau saya ngga ada dia main sama Indra terus
Saya : oh dia dekat dengan Indra ya?
Mama Okta : iya Bu. sehari-hari mainnya sama indra terus. Sampai lupa makan, lupa belajar, lupa segalanya
Saya : memang mereka main apa dan di mana?
Mama Okta : main burung Bu. Kalau pulang sekolah langsung aja Indra nyamper terus mereka bawa burung ke lapangan. Main sampe sore
Saya : itu setiap hari?
Mama Okta : iya Bu setiap hari
Saya : bagaimana tindakan ibu selama ini?
Mama Okta : Saya capek marahin bu. Saya dan suami ini kan kerja Bu di dekat lapangan. Pulangnya isya. Jadi sampai rumah sudah capek, saya suka lupa nanyain pe-ernya. Tau-tau malam baru bilang ada pe-er
Saya : o..jadi begitu ya. Hm … bapak dan ibu bekerja mencari uang untuk siapa?
Mama Okta : ya untuk anak-anak bu
Saya : tetapi karena bekerja ibu justru lupa dengan anak ya?
Mama Okta : iya Bu saya sampe rumah udah cape duluan
Saya : kalau gitu tujuan ibu bekerja demi anak tercapai tidak?
Mama Okta : waduh gimana ya? Kok saya jadi seperti mengabaikan anak saya ya? Padahal saya kerja capek buat dia
Saya : kalau begitu ibu bisa membuat solusi tidak?
Mama Okta : ya Bu saya akan berusaha mendampingi dia belajar, secapek apa pun saya
Saya : bagaimana kalau ibu sedang merasa capek sekali? Apakah ibu akan tetap mendampingi Okta belajar?
Mama Okta : siap Bu. Saya akan tetap mendampingi. Demi masa depan anak saya
Saya : siapa orang di rumah yang kira-kira bisa mengingatkan dan membantu jika ibu lupa?
Mama Okta : ada suami saya Bu nanti yang mengingatkan
Saya : bagus Bu tekad ibu semoga terlaksana dan semoga Okta jadi semangat belajar
Mama Okta : baik Bu terima kasih atas wejangan ibu
Saya : ya sama-sama semoga Okta lebih rajin menulis ya
Mama Okta : ya Bu amiin. Terima kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar