Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin
“Mengajarkan anak cara menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang dihitung adalah jauh lebih baik.”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa kita sebagai guru harus senantiasa mengutamakan nilai-nilai inti yang penting, jangan hanya melihat dari luarnya saja.
Dalam pembelajaran di sekolah, kita sering berhadapan dengan situasi dilema etika. Misal pada saat ujian berlangsung, ada murid terlambat datang karena membantu ayahnya dulu yang sedang sakit di rumah, dan ia sudah berlari-lari menuju sekolah sedangkan waktu ujian hanya tersisa 10 menit. Peraturan yang ada mengharuskan dia tidak memperoleh waktu tambahan.
Namun, dengan waktu sesingkat itu tidak mungkin ia mengerjakan soal dengan baik. Apakah kita akan tetap menggunakan peraturan tersebut meskipun tidak berpihak pada murid, atau adakah cara lain yang lebih manusiawi? Di sini kita diharuskan mengambil keputusan terbaik.
Seorang guru harus pandai membuat keputusan yang bijak. Harus berdasar pada nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid. Tanpa dua hal itu maka keputusan akan terasa kering ibarat menanam pohon di atas tanah tandus.
Dalam diri seorang guru, harus tertanam nilai-nilai kebajikan. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut akan memberikan dampak besar pada lingkungan kita. Ibarat air yang mengalir dari dalam teko. Semakin jernih pemikiran kita tentang kebajikan maka akan semakin bijak dalam membuat keputusan.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru berkontribusi besar pada proses pembelajaran murid. Ibarat petani, di tangan gurulah benih kebaikan dalam diri murid akan tumbuh atau mati. Karena apa yang dipikir, dirasa, diputuskan dan dilakukan oleh guru akan membentuk suatu peluang bagi sang murid.
Keputusan yang dibuat guru bagi muridnya akan sangat berpengaruh bagi masa depannya kelak. Oleh karena itu guru harus dapat membuat keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan yang umum.
"Education is the art of making man ethical."
(Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.)
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Pendidikan yang dilakukan di sekolah oleh guru akan membentuk muridnya. Oleh karenanya perlu dilakukan secara indah dan menyenangkan.
Triloka Ki Hajar Dewantara :
⭐Ing ngarso sung tulodho
⭐Ing madyo mangun karso
⭐Tut wuri handayani
Ketiga Pratap ini adalah landasan pijak seorang pemimpin pembelajaran dalam membuat keputusan. Harus menjadi suri teladan, bersedia turut terjun langsung, serta pembangkit semangat dan nasehat pada kebaikan. Jangan sampai keputusan dibuat justru mematikan jiwa murid.
Latar belakang pengalaman dan pemahaman kita tentang peristiwa-peristiwa tentunya akan sangat mempengaruhi dalam membuat keputusan. Guru yang masa kecilnya dididik dengan keras biasanya akan melakukan kekerasan juga pada muridnya. Begitu pula guru yang terbiasa belajar dengan merdeka maka ia akan mampu memerdekakan muridnya.
Menjadi penting untuk terus belajar tentang nilai kebajikan yang berlaku secara universal agar tertanam kuat dan dapat kita gunakan saat mengambil keputusan.
Tidak ada keputusan yang bisa memuaskan semua pihak. Namun, sangat penting untuk berpegang teguh pada nilai kebajikan umum, keberpihakan pada murid serta mampu dipertanggungjawabkan.
Pengambilan keputusan dengan menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan/pengujian keputusan itu saya rasakan sangat efektif untuk berbagai kasus dengan beraneka kompleksitas permasalahannya. Sehingga meminimalisir keraguan dan menimbulkan perasaan mantap dan tak ada pertanyaan lagi dalam membuat keputusan.
Kmampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika.
Pada saat membuat keputusan, guru harus melihat berbagai dimensi. Guru harus pandai mengendalikan faktor sosial dan emosionalnya. Kesadaran sosial yang baik akan membuat guru memandang lebih luas berbagai aspek yang akan mempengaruhi keputusan. Guru harus mampu berelasi dengan baik dengan orang lain serta berpikir jernih dan tanpa emosi saat membuat keputusan.
Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
Pengalaman dan latar belakang pemahaman guru terhadap nilai-nilai yang dianutnya akan sangat mempengaruhinya dalam berpikir. Itu sebabnya akan sangat berpengaruh pula dalam melihat sebuah persoalan. Akhirnya keputusannya akan sangat tergantung pada prinsip yang diyakininya.
Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Sebelum mengambil keputusan, harus melihat pada berbagai aspek. Gunakan 4 Paradigma Dilema Etika
Individu lawan kelompok ✅
Rasa keadilan lawan rasa kasihan ✅
Kebenaran lawan kesetiaan ✅
Jangka pendek lawan jangka panjang ✅
3 Prinsip Pengambilan Keputusan
Berpikir berbasis hasil akhir ❓
Berpikir berbasis peraturan ❓
Berpikir berbasis rasa peduli ❓
Dan 9 Langkah Pengambilan/Pengujian Keputusan
Mengenali nilai-nilai yang bertentangan
Menentukan siapa yang terlibat
Kumpulkan fakta-fakta yang relevan
Pengujian benar atau salah (uji legal, regulasi, intuisi, publikasi dan panutan)
Pengujian paradigma benar lawan benar
Melakukan prinsip resolusi
Investigasi opsi trilema
Buat keputusan
Lihat kembali isi keputusan dan refleksikan
Tantangan-tantangan di lingkungan untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini.
Tantangannya adalah saat berbeda pendapat dengan rekan sejawat, terpengaruh dengan perasaan emosi atau belas kasihan, kurangnya dukungan dari orang yang diharapkan atau regulasi yang ambigu tidak jelas.
Kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan sangat berpengaruh. Belum tentu semua orang menggunakan paradigma pengambilan keputusan yang berbasis nilai kebajikan dan berpihak pada murid.
Keputusan yang berbasis nilai kebajikan dan berpihak pada murid akan membentuk karakter murid yang sesuai dengan kodrat alam maupun kodrat zamannya. Murid dapat memperoleh suatu kebijakan dan belajar mandiri dari situ. Ia juga berproses dan bertumbuh secara alami. Semua itu mendorong kemerdekaan murid.
Setiap anak itu unik, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mereka juga ingin dianggap istimewa dan tidak ingin dibanding-bandingkan. Oleh karenanya kita harus membuat keputusan pembelajaran yang tepat, misal dengan cara pembelajaran berdiferensiasi, baik secara sumber, proses maupun produk.
Apa yang diputuskan sekarang akan sangat berdampak bagi murid di masa depan. Misal murid yang memperoleh bea siswa tapi melakukan kesalahan dengan membolos. Jika diputuskan untuk dihentikan beasiswanya dia akan berhenti tidak bisa sekolah lagi. Tapi jika dimaafkan dan diteruskan beasiswanya maka kemungkinan besar murid ini dapat berubah kehidupannya.
Dalam program Guru Penggerak, Modul 1 memberi landasan berpikir tentang pembelajaran yang memerdekakan murid. Fokus utama sasarannya adalah mengubah paradigma pada diri CGP itu sendiri. Sedangkan modul 2 memberi contoh-contoh praktik pembelajaran yang berpihak pada murid itu dan fokus sasarannya lebih meluas yaitu diri CGP, murid dan rekan sejawat. Sedangkan modul 3 ini lebih menekankan tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang pemimpin yang berpihak pada murid, sasarannya adalah jika CGP menjadi pimpinan sekolah yang harus sering membuat keputusan ini. Jadi dampaknya adalah untuk seluruh warga sekolah.
Semuanya itu hal baru bagi saya. Sangat mencerahkan dan memberi solusi bagi masalah pengambilan keputusan yang selama ini saya pertanyakan. Sangat di luar dugaan.
Pernah akan tetapi cara membuatnya lebih kepada merujuk pada meredam situasi. Sangat berdeda dengan modul ini yang mengajarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah membuat dan menguji keputusan.
Dampaknya sangat positif. Saya akan membuat keputusan yang berpihak pada murid dan berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal.
Mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin sangat penting sekali. Sebagai guru, dengan modul ini saya bisa melakukan keputusan yang berpihak pada murid saya si kelas. Dan sebagai pemimpin saya akan bisa membuat keputusan yang lebih bèsar dengan tetap berpihak pada murid dan berdasar nilai kebajikan.
Terima kasih program Guru Penggerak. Banyak ilmu baru dalam dunia pembelajaran. Sangat berguna bagi pengubahan paradigma pendidikan yang memerdekakan dan berpihak pada murid. Semoga ke depannya kelak, para murid akan berjiwa merdeka, aktif, kreatif, mandiri dengan tetap berlandasan pada iman dan takwa serta nilai-nilai kebajikan. Semoga pendidikan Indonesia semakin maju dan mampu mewujudkan generasi emas Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar