Minggu, 12 Februari 2023

Day 13

 Aksi nyata modul 1.1 


1. Penerapan konsep 5 S Setiap menjelang Bel Masuk 

Sejalan dengan pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara bahwa sekolah ibarat ladang, guru ibarat petani dan murid ibarat benih padi. Maka benih padi perlu dialiri air, disinari cahaya matahari, dan diberi pupuk setiap hari. 

Maka senyum dan salam guru ibarat cahaya matahari. Benih akanntumbuh dengan segar. Sedangkan sapanya setiap hari ibarat air sejuk yang akan membuat benih tumbuh dengan sehat dan segar. Sementara sopan dan santun ibarat pupuk yang akan membentuk karakter baik pada diri murid sehingga nanti berbuah dengan manis dan sempurna. 

Kegiatan ini dilaksanakan setiap pagi sebelum bel masuk. Tidak perlu lama-lama, cukup maksimal 1-2 menit saja. 

Murid yang baru datang disambut dengan senyum dan salam.

"Selamat pagi." Atau "Assalamu alaikum" diserta kedua tangan yang menangkup di dada tanda penghormatan dan kebahagiaan menyambut kedatangan mereka.

Murid merasa keberadaannya di sekolah amat dibutuhkan oleh para gurunya.

Sementara murid yang sudah berada di dalam lingkungan sekolah, misalnya dalam kelas, kantin atau taman sekolah, maka guru memberikan sapaan sekadarnya. Di sini guru bisa menanyakan berbagai pertanyaan ringan. Seperti;

"Halo, bagaimana kabarmu?"

"Tadi datang ke sekolah naik apa?"

"Diantar oleh siapa?"

"Membawa bekal atau tidak?"

"Sudah sarapan belum?"

Dapat juga berupa pujian atau candaan ringan, seperti;

"Sudah mandi belum niih?"

"Wah, rambut kamu bagus sekali."

"Wah. Hari ini baju kamu rapi sekali."

"Eh itu sepatu bau, ya? Eh, maksud ibu guru sepatu baru."

Kemudian ditutup dengan kalimat positif atau nasehat yang membangun, seperti;

"Semangat ya belajarnya hari ini!"

"Jangan lupa berdoa dan bersyukur selalu ya, Sayang."

"Semoga hari ini kalian belajar dengan gembira!"

"Dengarkan baik-baik bapak ibu guru kalian, ya!"

"Hari ini harus lebih baik dari kemarin!"

Tentunya pertanyaan-pertanyaan dan nasehat tersebut disesuaikan dengan tingkat usia atau jenjang kelas mereka.

2. Membuat Pojok dolanan

Sejalan pula dengan tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara bahwa kodrat alam anak adalah bermain. Maka sediakanlah pojok dolanan di sudut kelas. Tentunya menggunakan alat permainan edukatif. Alat-alat ini dapat dibeli dengan murah dan sangat mudah melalui platform belanja online, dapat juga merupakan kreasi tangan gurunya sendiri. 

Alat-alat tersebut disusun dengan rapi di sebuah rak, dan letakkanlah berdekatan dengan rak buku untuk pojok baca. Buat tata tertib atau peraturan mengenai syarat dan waktu yang diperbolehkan memainkannya.

3. Jurnal Refleksi 

Penting sekali murid merasa dirinya merdeka. Buatlah buku jurnal refleksi guru dan siswa. Setiap hari diisi. Guru dapat menuliskan refleksi sebelum dan sesudah pembelajaran sehari itu. Dapat berupa catatan-catatan penting semisal kemajuan belajar siswa, dll. Sedangkan murid diminta menuliskan perasaannya sebelum atau sesudah pembelajaran hari itu. Karena jumlah murid banyak, maka murid hanya sesekali menulis dalam sebuah kalimat. Selebihnya murid menuliskan 1 kata saja yang mewakili perasaannya. Misalnya, senang, gembira, kesal, sedih, dll. Dapat juga murid memilih emot yang disediakan guru, jika waktunya sedang tidak terlalu banyak. Di sini berlaku "the power of Sticky Note". Pakailah stickynote dengan aneka warna untuk menuliskan refleksi agar jurnal refleksi jadi menarik.

4. Tiket pulang

Tiket pulang merupakan permainan quiz atau jawab cepat. Pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan tertutup yang bisa dengan cepat dijawab oleh murid. Caranya, setelah berdoa, murid duduk dengan rapi menanti pertanyaan dari guru. Murid yang dapat dengan tepat menjawab pertanyaan, dialah yang boleh pulang duluan. 

Lemparkan pertanyaan demi pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran hari itu sehingga semakin menguatkan pemahaman murid. Pertanyaan yang sudah pernah dilontarkan boleh ditanyakan berkali-kali agar murid semakin hafal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar