Rabu, 15 Februari 2023

Day 16

 Aksi Nyata modul 1.4. 


Mengganti hukuman dengan konsekuensi


Yang dimaksud dengan budaya positif dalam pendidikan guru penggerak bukanlah pembiasaan-pembiasaan. Melainkan budaya positif dalam mendisiplinkan siswa yang melanggar peraturan sekolah.


Contoh murid terlambat, tidak mengenakan seragam yang sesuai, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, bercanda saat pembelajaran, berkelahi dengan teman, menyontek, dll.


Dulu, guru seringkali memberi hukuman kepada murid yang melanggar tata tertib yang kadang hukumannya itu tidak ada korelasinya dengan kesalahan anak. Misalnya anak yang datang terlambat disuruh lari keliling lapangan sebanyak sepuluh kali. 


Guru mengira hukuman itu akan memberi efek jera pada anak, tetapi sebenarnya hal tersebut memiliki efek negatif.


Tidak manusiawi

Menyakiti secara fisik ataupun verbal

!e!buat !urid tidak nyaman

Membuat anak malu, tidak percaya diri, resah

Mungkin murid memiliki alasan tertentu yang perlu didengar dan dibantu

Ada unsur emosi pada diri guru yang dihawatirkan kebablasan dalam memberi hukuman

Bisa saja si anak yang menerima hukuman tidak bisa menerimanya dalam hati. Namun, ia hanya bisa menuruti sang guru dengan terpaksa. 

Hukuman tidak akan efektif karena tidak berkaitan dengan kesalahan

Dianggap malpraktik dalam dunia pendidikan

Salah treatmen akan !emburnanak dendam pada guru yang mengakibatkan anak semakin malas belajar


Begitu banyak efek negatif dari sebuah hukuman. Sudah seharusnya hukuman itu diganti dengan Konsekwensi. Tanyakan dulu apa kendala yang dihadapi anak sehingga ia tidak mengikuti tata tertib yang ada. Karena sdalam teori motivasi dikatakan bahwa setiap orang melakukan sesuatu ada unsur alasan tertentu. 


Guru harus menghargai muridnya dengan menanyakan terlebih dulu mengapa murid itu terlambat. Mungkin ayahnya yang mengantar sedang sakit sehingga ia harus berjalan kaki. Atau mungkin membantu seseorang di jalan sehingga menghabiskan waktu beberapa menit. Dan banyak lagi kemungkinan lainnya.


Jika alasannya tepat maka guru harus menerimanya tanpa memberikan hukuman atau Konsekwensi apa pun. Tetapi jika memang ada unsur kesengajaan dan malas dari murid, maka berikan ia konsekwensi yang sesuai.


Misal jika murid sengaja terlambat datang, berarti ia tidak bisa ikut upacara, maka ketika temannya masuk kelas, yang terlambat ini harus meneruskan upacara sendiri di lapangan.


Jika murid sengaja tidak mengerjakan PR, maka ia diberi Konsekwensi merangkum materi dari buku selama beberapa waktu hingga ia paham. Dan seterusnya. Jadi Konsekwensi yang diberikan padanya masih ada kaitan dengan kesalahannya dan akan memberi dampak positif atas kesalahannya itu.



B. Menerapkan Segitiga Restitusi


Setiap menghadapi tingkah indisipliner siswa, saya mencoba menerapkan langkah-langkah restitusi, yaitu;


Menetapkan identitas

Maksudnya jika siswa berkelahi, maka pasti secara fisik terlihat kesal, nafas memburu, wajah keras, bibir mengerucut. Maka tindakan pertama saya adalah menentralisir keadaan. Biarkan anak tenang, ajak duduk, atur nafas. Setelah siswa tenang barulah lanjut kepada langkah kedua

Mengkonfirmasi kesalahan

Tanyakan anak peristiwa apa yang terjadi? apa yang mereka langgar? apakah hal itu sesuai peraturan? Jika anak sudah mengkonfirmasi bahwa yang dilakukannya salah barulah menanjak pada langkah ketiga.

Membantu siswa menjawab solusi. Setelah anakntenang dan menyadari kesalahannya, tanyakan padanya apa yang bisa ia lakukan untuk menebus kesalahan itu. Biarkan siswa menyebutkan sendiri Konsekwensi yang akan dia lakukan. Jika dirasa sudah pas barulah guru mempersilakan anak itu menjalankan konsekwensinya, untuk memperbaiki kesalahannya dan kembali ke tengah kelompoknya dengan perasaan lebih baik.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar