Selasa, 23 Februari 2016

BELLA DAN CHIKA


Di suatu pagi yang sudah agak siang tapi belum terlalu sore, Bella berjalan terburu-buru. Suasana lumayan gegap. Ia berjinjit-jinjit menghindari liang-liang di jalan. Banyak sekali genangan air hujan bekas gerimis semalam. Celana jins ketatnya membalut kaki yang kurus.

Tas merah muda berumbai-rumbai terselempang di bahu. Sebuah kecrek kecil didekapkan ke dada. Mau ikutan? Enak aja. Dadanya rata kok. Tapi, ke manakah sesungguhnya ia menuju? Mendingan nyanyi dulu, ney.

Ke mana … ke mana … ke mana ….
Kuharus mencari ke mana ....

Okey, masih bisa digoyang? Sambung nanti lagi deh, soalnya dia sudah sampai di tempat tujuan.

“Hai!” sapanya kepada Chika yang memandang dari bangku taman.

“Hai juga,” sahut Chika.

“Lama nggak nunggu gue, cyin ...?”

“Nggak, cyin, gue baru dateng, kok.”

“Oh .... Udah makan?”

“Udah.”

“Udah minum?”

“Udah.”

“Udah mandi?”

“Keterlaluan banget sie pertanyaan lo. Belom lah. Udah cepetan sini, keburu sore nih,” kata Chika nggak sabar.

Si Bella tertawa. Setengah terbahak setengah malu-maluin. Lalu membuka tas. Mengeluarkan dua lembar KTP bertuliskan nama Ahmad Burhan dan Saparudin.

“Nih punya gue, nih punya lo.”

Seketika situasi menjadi nyenyat. Seiring renyut jantung mereka. Chika buru-buru memasukkan miliknya ke dalam tas.

“Udah, buruan ah. Ntar keburu dateng KAMTIB.”

“Yuuuk.”

Lalu keduanya mendatangi satu persatu mobil yang lewat di depan taman sambil membawa kecrek dan kantong bekas bungkus permen. Masih bisa digoyang?


Tamat

Jakarta, 1 Juli 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar