RAHASIA DI BALIK HUJAN
Musim penghujan datang. Betapa hari berjalan cepat sekali di telapak
kaki wanita itu. Dulu, mungkin ia akan berlarian di bawah tetesnya.
Merentangkan kedua tangan. Memejam mata sambil membuka mulut menghadap
langit. Tapi tidak sekarang, usia telah menyepuh rambutnya hingga
benderang.
***
“Kiyah, bangun, Nak. Hari ini kita akan pesta besar.“
Anak perempuan yang datang bulan saja belum itu duduk di tepi ranjang. Sejenak mengucak-ucak mata.
Lalu memandang wajah Simbok.
“Pesta? Rame-rame, Mbok?”
“Iya. Kamu mau pake baju bagus ndak? Pake bedak, gincu …,”
“Gincu, Mbok?” Matanya membulat. “Yang bikin bibir merah? Mau, mau,” ujarnya girang lantas berlari ke kamar mandi.
Rukiyah dipakaikan baju putih. Kebaya dan kain yang sering dilihatnya dipakai ibu-ibu di kampung saat ada perhelatan besar.
Dia tersenyum-senyum sendiri. Namun bingung, mengapa Simbok meyuruhnya
duduk di samping laki-laki muda yang juga berdandan seperti bapak-bapak.
Pipinya bersemu merah saat difoto bersama para tetamu. Lagi-lagi
hatinya merasa aneh karena laki-laki berjas di sampingnya selalu ikut
dalam foto tersebut.
“Mbok, kapan selesai, aku mau main congkelak sama Asih?”
Mboknya menyuruh diam.
Menjelang maghrib, musik dihentikan. Kursi-kursi mulai dibenahi.
Rukiyah
dibolehkan mandi dan berganti pakaian. Sehabis mandi, ia masuk ke
kamarnya dan kaget melihat kamarnya lain sekali dengan tadi pagi. Bagus,
rapi dan wangi. Tiba-tiba pintunya diketuk simbok.
Seraut wajah pria menyembul di samping beliau. Rukiyah buru-buru menahan pintu.
“Ada apa toh, Mbok?” pandangnya penuh selidik.
“Cium tangan Masmu!” perintahnya.
Rukiyah diam saja. Ia baru mau menggerakkan tangan setelah ibunya sedikit marah. Setelah itu ibu keluar.
Rukiyah mengambil bantal dan menyerahkannya. Laki-laki itu menurut saja ketika disuruh tidur di lantai.
Setiap malam Permadi tidur di bawah. Hanya sesekali menikmati empuknya
kasur. Yaitu saat istrinya berada di luar rumah sore hari. Mungkin ke
rumah Asih untuk main lompat tali atau bola bekel.
Lalu teruntailah rahasia itu. Awal musim penghujan. Senja hari hujan sangat besar. Rukiyah tak bisa tidur. Permadi minta tolong untuk membaginya sedikit ruang di atas ranjang.
“Lantai dingin sekali,” katanya.
Malam itu menyimpan rahasia Rukiyah dan Permadi yang telah memiliki tujuh anak dan sebelas cucu kini.
Kamu sudah tahu rahasia itu kan?
TAMAT
Cilincing, 27 Januari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar